Semula saya tidak menyangka bisa mengikuti Bimtek Penulisan Sejarah, karena saat mendaftar harus menyertakan outline tentang penelitian sejarah yang akan ditulis. Apalagi jumlah peserta dibatasi 50 orang per kota. Namun, apa salahnya mencoba? Kalau lolos alhamdulillah, kalau tidak lolos pun tak ada ruginya. Maka menjelang deadline pendaftaran saya isi formulir online.
Beberapa hari kemudian ada notifikasi e-mail masuk yang isinya pemberitahuan dari panitia Bimtek bahwa saya lolos seleksi dan berhak mengikuti acara tersebut pada 28 Februari-3 Maret 2017 di Hotel Ambhara, Jakarta Selatan.
Suatu hal yang menakjubkan bagi saya yang tidak berlatar belakang pendidikan Sejarah, hanya bermodal senang saja pada Sejarah. Lebih cenderung kepada fiksi sejarah. Harapan saya jika mengikuti Bimtek ini, saya bisa menulis novel sejarah dengan baik dan benar, serta bermanfaat tentunya.
Sejak membaca novel-novel Sejarah seperti Gajah Mada, Majapahit, Samudra Pasai, Citra Rashmi, Samita, Sabil dll saya jadi sangat suka pada Sejarah. Menurut saya yang penikmat fiksi, membaca text sejarah itu sangat membosankan. Harus hafal nama, tempat dan tahun. Baru baca sepuluh lembar sudah terbawa ke dimensi lain, dimensi alam mimpi. Namun kalau membaca novel sejarah, sekali duduk saja bisa melahap 50 halaman.
Bukan tidak mungkin, ada orang-orang yang seperti saya di luaran sana. Maka itulah celah yang bisa saya manfaatkan. Menulis novel sejarah tidak ada salahnya kan? Menjadi pintu gerbang pertama bagi penyuka novel untuk mau belajar sejarah. Nah di acara inilah saya ingin belajar metode penulisan sejarah, agar saat menulis novel nantinya tidak malah merusak fakta sejarah.
Saya pergi ke Jakarta untuk menghadiri acara yang diadakan oleh Kemdikbud Direktorat Sejarah itu. Belum ada teman yang saya kenal, hanya baru kenal di grup WA, jadi hanya saling say hay aja. Tetapi, setelah bertemu, bukan hal yang sulit untuk berakrab ria. Kami langsung berbaur, tanpa canggung.
Materinya pun sangat luar biasa. Lebih dari sekadar bagus. Secara runut kami diajari cara menulis sejarah dengan baik dan benar, lengkap dengan bekal penulisan sesuai EYD serta penuangan gagasan yang mudah dipahami pembaca.
Semakin lengkap, karena kami diajak ekskursi ke kawasan Kota Tua untuk meneliti peradaban tertua yang masih eksis hingga sekarang. Meskipun penelitian kami masih jauh dari sempurna, setidaknya kami mendapat pengalaman seru bersama teman-teman baru.
Kami yang sejak dua hari kemarin hanya belajar di ruangan, salam sapa seperlunya tapi dengan keluar dan berkelompok kami jadi saling mengenal dan akrab satu sama lain. Lelah pun tak berasa, karena tergantikan oleh keseruan selama seharian ini.
Malam terakhir kami presentasi atas penelitian yang kita lakukan siang harinya. Lanjut penutupan dan foto bersama. Setelah itu berpamitan untuk tidur. Maka selesailah sudah.
Pagi ini, usai sarapan, saya pulang ke Serang dengan menggunakan kereta Banten Express dari Stasiun Kebayoran.
Alhamdulillah, pengalaman empat hari ini semoga menambah kualitas diri untuk bisa menjadi penulis novel sejarah yang baik dan menginspirasi.
Annyeongi gaseyo... Semoga ke depannya kita bisa tetap berhubungan baik ya teman-teman... Kalau perlu kita buat antologi tulisan dan membuat komunitas pecinta sejarah. Pasti seru deh!
#iseng ketak-ketik di dalam kereta Banten Express
Pengalaman yang seru bangetlah kemarin itu Mbak, hehe. Mudah-mudahan ilmunya ada dampak yang besar untuk kemampuan menulis kita, jangan lupa novel sejarahnya di-share juga supaya bisa saya beli dan baca, hehe.
BalasHapusSalam kenal dan selamat datang di dunia blogging!
Semoga bisa bermanfaat untuk banyak orang. Dan jadi bekal untuk menulis yang lebih baik lagi. Hehe... Perlu banyak belajar cara blogging nih. Masih newbie..
BalasHapusLuar biasa Bu,smoga novel sejaranya dapat terwujud.amiinn
BalasHapus