Tentang kisah konyol dan inspiratif dalam rumah tangga

Keguguran: Momen Sakral Antara Aku dan Calon Bayiku



Keguguran. Kehilangan. Sedih. Sakit. Pasrah. Bermacam-macam kata menggambarkan satu momen dalam hidupku. Tidak pernah terbayangkan merasakan hal ini. Kehamilan keempat, usia dua bulan. Gugur dalam waktu sepuluh hari.

Terkadang kalau aku mengingat lagi momen dua garis di pagi hari itu, ada kebahagiaan tersendiri. Meskipun sudah tiga kali melahirkan, tetap saja kehamilan ini istimewa.

Berharap yang keempat ini perempuan. Akan tetapi, Allah menakdirkan lain. Diambil-Nya amanah ini. Aku hanya sempat merasakan delapan minggu mengandungnya. Tanpa mual, tanpa gejala morning sickness maupun ngidam. Justru ini berbahaya.

Ngidam, mual dan sakit macam-macam saat hamil itu anugerah lho. Sebab itu pertanda kehamilan kita baik-baik saja. Yang aku rasakan seringnya sakit kepala dan kram di bagian rahim. Tanpa curiga sedikit pun, karena aku selalu setrong pada tiga kehamilan sebelumnya. Aku berkegiatan seperti biasa. Ngajar, mengurus rumah dan tiga anak. Study tour selama sepekan ke Solo. Jalan-jalan ke Islamic Book Fair Jakarta. Juga menghadiri acara Milad FLP. Tiga rangkaian acara besarku saat itu.

Namun, sebagai emak pecicilan akhirnya aku dihadapkan pada kenyataan bahwa tidaklah sama antara kandungan sebelumnya dengan sekarang.

Pada hari Sabtu, keluarlah flek berwarna coklat itu. Aku masih sempat ke pasar untuk belanja perabotan kebutuhan dapur pesantren. Ternyata besoknya yang keluar adalah darah! Aku pun masih mengikuti Beauty Class di Cilegon bersama teman-teman Ibu Profesional.

Baiklah, baru pada hari ketiga aku tirah baring. Tidak melakukan apa-apa. Mencuci pakaian, mencuci piring, beres-beres rumah, dan mengurus anak semuanya dikerjakan suami. Selama sepekan aku merasakan kram perut disertai pendarahan terus-menerus. Seperti orang haid yang lagi banjir-banjirnya. Ini, kalau dibawa ke Rumah Sakit pasti langsung dikuret untuk menghentikan pendarahan. Akan tetapi aku hanya ke Klinik dan setelah USG aku dinyatakan BO (Blighted Ovum) atau janin tidak berkembang.

Selama tirah baring itu aku terus berdoa dan berharap semoga janin ini masih kuat bertahan. Akan tetapi, takdir adalah hak Allah Yang Maha Kuasa. Harapanku tidak pupus, tetapi sekarang menjadi lebih legowo. Aku pasrah pada apa pun yang terjadi. Jika memang aku belum ditakdirkan punya anak keempat, silakan ya Allah... Silakan Engkau ambil kembali janin ini.

Pada hari kesepuluh saat ke kamar mandi, keluarlah gumpalan-gumpalan darah seperti hati ayam. Sepanjang hari terus keluar seperti mengeluarkan segala yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

Keluar pulalah darah berbentuk seperti bayi kecil, yang bila disentuh ia pecah menjadi darah. Rupanya inikah proses "segumpal darah" itu? Sudah mirip bayi, tapi masih darah. Hatiku seperti hancur bersamaan dengan hancurnya darah berbentuk bayi itu. Tangisku lindap di kamar mandi. Menangis seorang diri. Entah mengapa aku tidak ingin menunjukkan pada suamiku betapa sedihnya diriku saat itu. Kuresapi kepedihan dan sakit hati sendirian. Ini adalah momen antara aku dan calon bayiku.

Setelah itu sakit kram di perutku hilang. Tidak lagi ku rasakan segala pedih di dalam rahim. Yang tinggal hanyalah kesedihan. Kembali aku bisa berjalan, meski masih kliyengan. Aktif lagi mengurus rumah dan anak-anak.

Kembali ke Puskesmas lagi untuk minta obat pembersih rahim. Minum air kelapa muda. Aku tidak berani menjalani kuretase. Tidak. Tidak akan sanggup meski teman-teman menyarankan demikian. Bismillah Tawakkaltu 'alallah...

Tidak lama setelah itu haidku lancar kembali. Orang bilang kalau setelah keguguran akan cepat hamil lagi. Ini sudah enam bulan dan siklus haid masih lancar. Aku tidak lagi berharap. Sekarang semuanya terserah Engkau saja ya Rabbi.....

Dikaruniai tiga anak lelaki sudah cukup membahagiakan. Yang sudah ada inilah yang harus selalu disyukuri. Sedangkan yang hilang, sudah aku ikhlaskan. Tidak ada lagi kesedihan saat menceritakannya kepada siapa saja. Memang belum waktunya. Syukur baru dua bulan. Syukur tidak sampai kuret. Syukur yang tiga ini sehat senantiasa. Syukur suami selalu siaga. Maka nikmat Tuhanku yang manakah yang akan aku dustakan?(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentarmu di sini, jangan tinggalkan hatimu di sembarang tempat ^_^