Tentang kisah konyol dan inspiratif dalam rumah tangga

Camping di Paralayang-Kemuning (Part 2) : Purnama di Puncak Lawu



Kami numpang sholat di rumah bapak baik hati tadi. Masih menunggu.... Ya, dua jam lamanya. Ipan (adik Fitri) dan Bayu (ponakan Fitri) turun gunung dengan dua motor. Mereka sebenarnya sudah muncak duluan, tapi disuruh turun oleh Fitri untuk jemput kami. Agak lama menunggu lagi, suamiku dan Indar kembali. Motor sudah nyala lagi. Kemudian kami mengatur strategi, siapa naik motor man, sambil memperkirakan medan. Kholid sudah tidur sejak tadi, sangat pulas. Saya bersamanya dibonceng suami. Fatih dibonceng Bayu, Thoriq bersama Indar dan Fitri. Sementara Ipan membawa tenda dan peralatan camping lainnya. Lihat juga: Camping di Paralayang-Kemuning (Part 1): Tak Selamanya Perjalanan Sesuai Rencana

Benar saja cuy! Jalanannya ekstrem. Menanjak, menurun dan berliku-liku. Penuh tikungan yang bikin baper, eh.. Maksudnya bikin deg-degan deh. Kanan kiri kan jurang.

Sekitar 30 menit perjalanan, dengan pemandangan lampu-lampu lembah kiri jalan, aduhai indahnya.... Berdecak kagum menyaksikan keindahan ini. Namun, itu belum seberapa sodara-sodara sebangsa dan setanah air. Masih ada lagi yang uwow di puncak sana.

Kami sampai di area camping Paralayang-Kemuning. Setelah parkir motor, para lelaki membangun tenda, dan para gadis (hah, gadis?? Ngaku-ngaku yeeee) masak mie instan. Duh, kebayang lezatnya makan mie instan di tengah udara dingin malam-malam begini. Lupakanlah jumlah kalori dan potensi kenaikan berat badan. Sing penting telih ini ada isinya gaes.

Jadi, tenda kami berdiri menghadap lembah bintang yang indahnya melebihi apa yang kami lihat di jalan. Di belakang kami Puncak Lawu tampak begitu eksotis sebab ada pancaran sinar bulan yang baru terbit. Perlahan bulan itu naik, sehingga cahayanya mewarnai langit malam itu. Ya, persis purnama itu menggantung di Puncak Lawu.

Camping di Paralayang-Kemuning (Part 2) : Purnama di Puncak Lawu
Foto oleh Fitri
Purnama di Puncak Lawu


Karena ini momen langka, nggak mau dong menyiak-nyiakannya dengan tidur di dalam tenda. Mau camping atau pindah peturon (tempat tidur) gaes? Hahaha.

Camping belum lengkap kalau nggak ada api unggunnya. Jadi Indar membeli kayu bakar seharga 15.000! Uwuw banget sih harga segitu untuk beberapa potong kayu bakar! Jadilah kami bakar-bakar sosis, tuh kan lupa lagi sama jumlah kalori. Tambah kopi dan wedang jahe, biar tambah amnesia sama berat badan, hihi.. Sambil ngobrol gak karuan, sedikit filosofi tentang keberadaan kami di puncak sini.

Kita jauh-jauh ke sini mau ngapain sih gaes? Melihat keindahan lampu-lampu itu? Sekadar melihat pemandangan? Itu aja?

"Maksudnya gimana Teh?" Tanya Fitri.

"Kita lihat dari atas sini, semua tampak indah. Namun, apa yang kelihatan? Orang yang ada di bawah sana, punya rumah bagus, mobil mewah, buat apa? Dari atas sini nggak kelihatan! Jadi apa yang akan manusia sombongkan? Lha dari atas sini aja nggak ada apa-apanya." Uraiku ngasal. Sing penting lak judule filosofi to? Yowis.. hehe.

(Bersambung)

4 komentar:

Silakan tinggalkan komentarmu di sini, jangan tinggalkan hatimu di sembarang tempat ^_^