Foto dokumentasi pribadi |
Mi instan yang dimasak saat camping adalah makanan terlezat. Saya sudah mempersiapkan bahan-bahannya dari rumah, termasuk kopi dan jahe instan. Fitri juga membawa sosis. Semakin mantaplah!
Oya, tadi saat masih di area bawah sebelum masuk ke jalan Paralayang, ada yang mintain uang masuk. Per orang Rp.5000,- kemudian untuk tarif campingnya Rp.10.000,-/orang. Anak kecil nggak dihitung. Jadi kalau anak Emak 10 tuh lumayan bisa hemat. Terus untuk parkir motor Rp.5000,-. Emak nggak usah bingung kalau mau bikin api unggun, ada yang jual. Satu ikat Rp.15.000. Lumayan untuk menghangatkan badan, sambil bakar sosis tambah nikmat. Namun, di puncak sini nggak ada sinyal untuk provider tertentu, tapi itu bukan kendala. Ada juga yang jual wifi berupa voucher gitu. Harganya Rp.5000/2 jam. Lumayan kaaaan buat upload foto di IG atau status WA. Hehehe .. Kalau saya sih lebih seneng menikmati malam itu dengan diam memandangi lautan bintang, biarlah upload fotonya besok-besok saja.
Rencananya malam ini saya nggak pengen tidur, tapi udara semakin dingin Mak... Jadi jam satu gitu masuk tenda, berselimut tapi tetep dingin. Tapi lebih dingin sikap kamu ke aku sih. Eaaaa ....
Pukul 3 dini hari, terbangun karena suara alarm. Masih dingin, tapi nggak bisa tidur lagi. Jadilah keluar tenda dan lagi-lagi menikmati suasana malam yang aduhai. Beberapa orang yang camping masih terdengar suaranya, nyanyi-nyanyi sambil main gitar. Oke, mungkin dengan cara itu bisa mengobati rasa kangen mereka kepada pujaan hati.
Sayup-sayup terdengar azan pukul 4 pagi lebih seperempat. Kami solat Subuh berjamaah, beber-bener aduhai nikmatnya. Sujud di rerumputan dingin yang berembun. Apalagi saat wudhu tadi, airnya nyesssss dingin banget kayak wudhu pakai air kulkas campur es batu.
Momen eksotis ialah saat mentari mulai terbit dan memancarkan sinarnya yang lembut menghangatkan. Lebih hangat dari pancaran cinta di matamu. Eaaaa lagi. Nuansa hijau mulai tampak, puncak Lawu di belakang juga menampilkan keelokannya. Sedangkan di kejauhan sana, kota Solo dengan pemandangan jalan dan rumah-rumahnya mulai jelas lika-likunya. Merapi dan Merbabu yang unik juga tak kalah mempesona. Hijau kebun teh Kemuning sangat anggun, berpadu dengan hijau pepohonan, putihnya awan dan biru langit. Sempurna! View yang nggak akan pernah saya lihat di kota Serang.
Nuansa hijau kebun teh Kemuning |
Gunung Merapi dan Gunung Merbabu tampak dari jauh |
Puncak Lawu berselimut awan |
Belum puas rasanya kalau belum mengambil gambar dan merekam panorama indah ini. Cekrak-cekrek kalau belum 100 kali itu belum afdhol. Apalagi kalau fotonya sama pasangan halal, duuuh romantis pokoknya! Kayak Indar dan Fitri nih yang masih pengantin baru. Uhuy lah mereka berdua itu.
Fitri&Indar: romantis! |
Pengantin baru. Baru 10 tahun |
Camping keluarga: seru gaes.... |
Usai sarapan (mie instan lagi), kami membereskan tenda lalu bersiap turun. Tak lupa, saya rekam tuh perjalanan turunnya. Daebak awesome pokoknya!
Lihat juga postingan sebelumnya di sini:
Rekaman Jalan Paralayang-Kemuning
Camping di Paralayang Part 1
Camping di Paralayang Part 2
Next trip, saya ingin ke sini lagi. Semoga Allah memudahkan.
(Tamat)
Asyiiik Banget
BalasHapus