Tentang kisah konyol dan inspiratif dalam rumah tangga

20.56

Keguguran: Momen Sakral Antara Aku dan Calon Bayiku

by , in


Keguguran. Kehilangan. Sedih. Sakit. Pasrah. Bermacam-macam kata menggambarkan satu momen dalam hidupku. Tidak pernah terbayangkan merasakan hal ini. Kehamilan keempat, usia dua bulan. Gugur dalam waktu sepuluh hari.

Terkadang kalau aku mengingat lagi momen dua garis di pagi hari itu, ada kebahagiaan tersendiri. Meskipun sudah tiga kali melahirkan, tetap saja kehamilan ini istimewa.

Berharap yang keempat ini perempuan. Akan tetapi, Allah menakdirkan lain. Diambil-Nya amanah ini. Aku hanya sempat merasakan delapan minggu mengandungnya. Tanpa mual, tanpa gejala morning sickness maupun ngidam. Justru ini berbahaya.

Ngidam, mual dan sakit macam-macam saat hamil itu anugerah lho. Sebab itu pertanda kehamilan kita baik-baik saja. Yang aku rasakan seringnya sakit kepala dan kram di bagian rahim. Tanpa curiga sedikit pun, karena aku selalu setrong pada tiga kehamilan sebelumnya. Aku berkegiatan seperti biasa. Ngajar, mengurus rumah dan tiga anak. Study tour selama sepekan ke Solo. Jalan-jalan ke Islamic Book Fair Jakarta. Juga menghadiri acara Milad FLP. Tiga rangkaian acara besarku saat itu.

Namun, sebagai emak pecicilan akhirnya aku dihadapkan pada kenyataan bahwa tidaklah sama antara kandungan sebelumnya dengan sekarang.

Pada hari Sabtu, keluarlah flek berwarna coklat itu. Aku masih sempat ke pasar untuk belanja perabotan kebutuhan dapur pesantren. Ternyata besoknya yang keluar adalah darah! Aku pun masih mengikuti Beauty Class di Cilegon bersama teman-teman Ibu Profesional.

Baiklah, baru pada hari ketiga aku tirah baring. Tidak melakukan apa-apa. Mencuci pakaian, mencuci piring, beres-beres rumah, dan mengurus anak semuanya dikerjakan suami. Selama sepekan aku merasakan kram perut disertai pendarahan terus-menerus. Seperti orang haid yang lagi banjir-banjirnya. Ini, kalau dibawa ke Rumah Sakit pasti langsung dikuret untuk menghentikan pendarahan. Akan tetapi aku hanya ke Klinik dan setelah USG aku dinyatakan BO (Blighted Ovum) atau janin tidak berkembang.

Selama tirah baring itu aku terus berdoa dan berharap semoga janin ini masih kuat bertahan. Akan tetapi, takdir adalah hak Allah Yang Maha Kuasa. Harapanku tidak pupus, tetapi sekarang menjadi lebih legowo. Aku pasrah pada apa pun yang terjadi. Jika memang aku belum ditakdirkan punya anak keempat, silakan ya Allah... Silakan Engkau ambil kembali janin ini.

Pada hari kesepuluh saat ke kamar mandi, keluarlah gumpalan-gumpalan darah seperti hati ayam. Sepanjang hari terus keluar seperti mengeluarkan segala yang tidak dibutuhkan oleh tubuh.

Keluar pulalah darah berbentuk seperti bayi kecil, yang bila disentuh ia pecah menjadi darah. Rupanya inikah proses "segumpal darah" itu? Sudah mirip bayi, tapi masih darah. Hatiku seperti hancur bersamaan dengan hancurnya darah berbentuk bayi itu. Tangisku lindap di kamar mandi. Menangis seorang diri. Entah mengapa aku tidak ingin menunjukkan pada suamiku betapa sedihnya diriku saat itu. Kuresapi kepedihan dan sakit hati sendirian. Ini adalah momen antara aku dan calon bayiku.

Setelah itu sakit kram di perutku hilang. Tidak lagi ku rasakan segala pedih di dalam rahim. Yang tinggal hanyalah kesedihan. Kembali aku bisa berjalan, meski masih kliyengan. Aktif lagi mengurus rumah dan anak-anak.

Kembali ke Puskesmas lagi untuk minta obat pembersih rahim. Minum air kelapa muda. Aku tidak berani menjalani kuretase. Tidak. Tidak akan sanggup meski teman-teman menyarankan demikian. Bismillah Tawakkaltu 'alallah...

Tidak lama setelah itu haidku lancar kembali. Orang bilang kalau setelah keguguran akan cepat hamil lagi. Ini sudah enam bulan dan siklus haid masih lancar. Aku tidak lagi berharap. Sekarang semuanya terserah Engkau saja ya Rabbi.....

Dikaruniai tiga anak lelaki sudah cukup membahagiakan. Yang sudah ada inilah yang harus selalu disyukuri. Sedangkan yang hilang, sudah aku ikhlaskan. Tidak ada lagi kesedihan saat menceritakannya kepada siapa saja. Memang belum waktunya. Syukur baru dua bulan. Syukur tidak sampai kuret. Syukur yang tiga ini sehat senantiasa. Syukur suami selalu siaga. Maka nikmat Tuhanku yang manakah yang akan aku dustakan?(*)
17.34

Antara Siomay, Panci Presto dan Kawan dari Asia Tenggara

by , in
 Antara Siomay, Panci Presto dan Kawan dari Asia Tenggara



Salah satu agenda di acara Mastera Esai 2019 adalah diskusi kelompok yang pesertanya berasal dari beberapa negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Karya masing-masing peserta dikritik dan diberi masukan perbaikan. Bertukar pikiran tentang banyak hal, tersebab perbedaan budaya juga.

Pada dasarnya antara kami tidak banyak perbedaan. Bahasa mungkin sedikit lain, logat dan aksen tetapi induknya sama yaitu Bahasa Melayu. Di masa lalu, kita disatukan dalam Nusantara.

Contohnya Amirul, peserta dari Singapura yang mengaku ini pertama kalinya beliau menulis esai dalam Bahasa Melayu, biasanya dalam Bahasa Inggris. Wajar, karena Singapura mengutamakan Bahasa Inggris, termasuk dalam pengajaran Bahasa Melayu pun pengantarnya adalah Bahasa Inggris.

Saya, mungkin juga Anda beranggapan bahwa Singapura adalah negara maju. Terutama dari segi ekonomi, pertumbuhannya sangat tinggi, pun dalam hal pendidikannya, banyak orang Indonesia yang kuliah di sana. Bahkan kalau ada pejabat atau publik figur sakit keras, berobatnya ya ke Singapura. Enci-engko crazy rich Suroboyo juga mungkin makan siangnya di Singapura.

Namun yang dirasakan Amirul adalah kesedihan. Lho, mengapa? Bukankah dia seharusnya bangga sebagai warga negara Singapura? Yang tidak ada orang buang sampah sembarangan atau melanggar peraturan lalin? Aman, tertib dan maju. Mengapa dia gelisah?

"Sebab budaya Melayu di Singapura jadi terkikis. Perekonomian maju tapi dikuasi etnis Tionghoa. Yang bisa mendapatkan pendidikan high class adalah etnis Tionghoa yang kaya. Warga Melayu hanya masuk kelas menengah."

Lalu bagaimana dengan warga yang benar-benar miskin? Tentu dia tidak ada kesempatan mengenyam pendidikan dan menikmati perekonomian? That is reality. Hanya, pemerintah Singapura tidak memperlihatkan bahwa ada warganya yang miskin. Mereka yang miskin diberikan rumah dengan harga sewa murah. Juga kondisi para pelajarnya, mereka ditekan sedemikian rupa agar mendapat peringkat terbaik di sekolah sehingga bisa masuk ke universitas ternama dan bisa mendapatkan pekerjaan bagus. Orientasinya materi.

Amirul adalah salah satu pemuda yang "out of the box". Beliau peduli pada budaya Melayu dan kritis terhadap fenomena sosial yang ada. Amirul banyak menulis dan senang berdiskusi.

Ada pula Ainunl Muaiyanah, editor dari Malaysia. Ainunl sangat pandai menciptakan kalimat puitik, juga rasa ingin tahunya besar. Beliau senang berdiskusi dan open-minded.

Syawal peserta dari Brunei, mahasiswa Universitas Brunei Darussalam. Di antara kami semua, dialah yang esainya paling panjang dan lengkap dengan catatan-catatan kaki.

Terkadang ada sedikit bahasa yang tidak bisa kami pahami satu sama lain. Seperti gratis ongkos kirim, oh maksudnya free delivery...

Ketika coffee break, kami menikmati kudapan siomay. What is this? Siomay? Yes, you can call it dimsum.  Barulah mereka paham. Tapi intinya sama, meski Syawal menganggap kecap dan sambal cabai adalah bumbu rujak. Lalu merek teringat makanan restoran yaitu daging yang empuk sekali. Dimasak dengan cara apa?



Presto. Ah mereka tak paham. Presto teh bahasa naon ya? Namun akhirnya merek memahami panci presto adalah "pressure cooker". Ok, intinya sama. Dan ketika kita mengutamakan inti serta persamaan, kita akan toleransi pada perbedaan. Dan kuliner terbukti lebih cepat menyatukan kita. Betul?

Lembang, 20 Agustus 2019
01.27

Pagi Berkabut Rindu (Hari Pertama Mastera)

by , in




Pagi berkabut rindu/
duduk di atas batu/
namamu terpahat di situ/

Pagi ini memang tidak biasa. Suhu udara 18°C adalah seperti menyelimuti diri dengan air kulkas. Lebay, ya? Ya maklum saya terbiasa dengan udara panas Kota Serang. Buka WA grup malah membahas si burung elang, Ortiz. Begitu gagah dan elegannya ia, angkuh dan manja. Memang Grup Genjreng ini paling ramai justru di tengah malam sampai Subuh. Biasanya azan Subuh berhenti sendiri. Kalong emang. Haha... 

Namun pagi usai salat Subuh saya menyengaja keluar hotel, sekadar melihat kabut melayang-layang di permukaan kolam renang, di jalanan, di atas gunung, bahkan ketika berbicara pun mengeluarkan uap kabut. Brrr.....

Saya jalan kaki sedikit ke jalan raya, tidak lama kemudian semakin terasa dingin. Lalu masuk lagi ke lobi dan belok ke resto untuk ngopi. Kebetulan, ada peserta juga yang sudah ngopi duluan. Lumayan ada teman ngobrol, ngalor ngidul sampai nyambung ke obrolan tentang Perang Bubat. Topik yang saya suka, dan masih mengakar dalam kehidupan sosial masyarakat Jawa dan Sunda. Mas Ridwan Hasyimi berasal dari Ciamis, yang konon merupakan tempat kerajaan Sunda Galuh.  Sambil menyeruput kopi dan susu murni, topik itu menjadi lebih luas dengan kedatangan Pak Ganjar dan Pak Arif, maka saya menyimak penuturan mereka. Lumayan, kuliah pagi tentang Sejarah, bonus kan?

Mitos kuburan Gajah Mada juga menurut Pak Ganjar sampai saat ini sejauh beliau keliling Indonesia, ada 7 makam. Salah satunya di Dompu, NTB. Namun di mana letak pastinya tak ada yang tahu. Hanya istilahnya mungkin "petilasan", bukan kuburan yang nyata.

Sementara Pak Arif, tesisnya tentang Perang Bubat mencoba menggali sumber dari karya-karya lokalitas Sunda. Tradisi lisan, menurutnya adalah tradisi yang lazim di masyarakat Indonesia, tak seperti Yunani yang tradisi tulisan. Maka tak heran jika sumber sejarah kita ini lebih dominan lisan, yang sering disebut sumber sekunder bagi para peneliti.

Selamat pagi Lembang, aku siap belajar apa saja hari ini 😍


17.39

Perjalanan Menuju Mastera 2019

by , in



Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirobbil 'alamin atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Tak henti-hentinya saya bersyukur karena masih diberikan kesempatan hidup dan menikmati hidup.

Pagi ini saya sedang dalam perjalanan menuju Lembang, tempat diadakannya Mancakrida, Pelatihan Esai Mastera. Beberapa minggu lalu saya mendaftar untuk ikut Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara) yang pesertanya dari negara-negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Brunei, Malaysia dan Singapura. Dari Indonesia sendiri dipilih 10 orang.

Antara bahagia dan tak percaya nama saya bisa masuk dalam daftar tersebut, juga ada Ardian Je yang sama-sama dari FLP. InsyaAllah akan dibimbing oleh para master yaitu Maman S Mahayana, Agus R. Sardjono dan Cecep Syamsul Hari.

Selama sepekan para peserta akan digembleng untuk menciptakan esai yang baik, semoga saya kuat. (Kuat udara dingin Lembang terutama, karena saya manusia Serang yang langsung menggigil padahal suhu baru 23°C.

Teman-teman dari Rumah Dunia dan FLP Banten pun menyemangati. Sebab saya sempat minder karena masuk acara besar seperti ini, tapi mereka semua berbahagia. Ya, dari RD dan FLP saya mulai mengenal dunia penulisan. Salah satunya esai. Betapa gembiranya saat tulisan pertama saya masuk koran, meskipun hanya surat pembaca.

Ada banyak orang hebat yang memberikan sumbangsih ilmunya kepada saya. Mas Gol A Gong, Pak Firman Venayaksa, Kang Qizink La Aziva, Teh Fey Chandra dan Kak Tatang Ade Chandra, beserta semua teman-teman FLP Banten yang senantiasa solid terutama dalam hal ngerujak mangga.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kakanda Goblin tercinta, suamiku yang mengizinkan aku mengikuti acara ini. Sepekan meninggalkan rumah dan anak-anak. Bebas tugas nyuci baju seminggu, yeaaay..... Demi memberikan aku jeda waktu untuk belajar tentang apa yang menjadi passionku.

Semoga acaranya nanti sukses, lancar dan pulang membawa banyak pengalaman.


*) Ditulis di pinggir jalan sambil menunggu bus Merak-Bandung
05.26

The Lion King Raja Sejati dan Raja yang Penuh Ambisi

by , in



Apa hakikat raja dan kerajaan? Yang berkuasa dan kekuasaan. Simba adalah singa muda yang berpetualang  menemukan arti dirinya. The Lion King merupakan remake animasi dari film tahun 1994 dengan judul yang sama besutan Disney. Para pengisi suaranya adalah Donald Glover, Seth Rogen, Chiwetel Ejiofur, Billu Eichner, John Oliver, Keegan Michael Key, Beyonce Khowless dan James Earl Jones.
Setelah ayahnya terbunuh, Simba kecil yang haus akan petualangan dan pengakuan eksistensinya merasa sangat bersalah. Dia pergi jauh meninggalkan habitatnya dan terlantar di tengah gurun. Simba sangat menyesal karena keberaniannya yang bodoh membuat ayahnya mati.
Dikisahkan bagaiman Simba bertemu dengan teman barunya, Pumba dan Timon yang mengajarinya makna hidup. Mungkin masa lalu telah membuat Simba menyesal, tapi tak ada yang bisa diubah dari masa lalu sebab sudah terjadi. Semua orang mungkin pernah bersalah di masa lalunya, tapi itu biarkan saja berlalu. Kita hanya bisa mengubah masa depan, dengan cara melupakan masa lalu itu.  Pumba dan Timon mengajak Simba tinggal di hutan yang indah sampai remaja.
Habitat asli Simba menjadi rusak sejak Scar berkuasa dan mengajak kawanan hyena tinggal bersama. Mereka memburu secara tak terbatas, mengakibatkan kawanan binatang lainnya meninggalkan habitat asli. Mereka kekurangan makanan.
Nala, sahabat Simba kemudian kabur untuk menemukan Simba. Setelah secara tak sengajar bertemu, Simba enggan kembali ke habitatnya. Terjadilah pergulatan batin dalam dirinya. Simba merasa tidak pantas menjadi raja karena dia telah membunuh ayahnya. Kemudian tersadarkan bahwa ayahnya ada di dalam dirinya. Simba adalah raja hutan, raja sejati yang memperhatikan kepentingan rakyatnya. Bukan raja yang penuh ambisi seperti Scar yang hanya mementingkan perut semata.
Memang, koalisi antara Scar dan kawanan hyena adalah ikatan yang rapuh. Mereka mudah saja untuk saling berdusta, saling berkhianat demi kepentingan sendiri, dan menjatuhkan koalisinya. Alhasil, karena ikatan mereka melemah, sangat mudah dikalahkan.
The Lion King film keluarga yang sangat reccomended. Hubungan hangat antara ayah dan anak digambarkan dalam film ini. Ayah Simba tahu kapan saatnya mengajari, memberi teladan dan menyayangi anaknya. Tentu saja scene paling sentimentil bagi saya adalah momen saat ayah Simba meninggal, dan Simba berbaring sendirian di tanah yang retak. How sad he is....
Scar, raja yang penuh ambisi akhirnya mati karena keserakahannya sendiri. Dan Simba kembali berkuasa dengan sikapnya yang bijaksana seperti ayahnya. (*) Yuni Astuti

22.22

Dora and The Lost City of Gold Petualangan Menemukan Harta yang Sebenarnya

by , in


Siapa yang masa kecilnya kenal Dora The Explorer? Legenda kartun yang khas dengan petualangannya bersama Boots, Diego dan tentu saja ransel dan peta. Semakin seru dengan keusilan Swiper yang suka mencuri peta Dora.

Kali ini serial petualangan Dora diangkat di layar lebar. Bercerita tentang Dora (Isabela Moner), seorang penjelajah muda yang memimpin teman-temannya dalam petualangan untuk menyelamatkan orangtuanya dan memecahkan misteri di balik kota emas yang hilang.

Cerita bermula ketika kedua orangtua Dora (Eva Longoria dan Michael Pena) akan pergi dalam sebuah penelitian di sebuah hutan di Lima, Peru. Dora tidak diikutkan dalam ekspedisitu, tetapi dia dititipkan di rumah keluarga Diego, di Amerika Serikat. Saat itu Dora yang sudah usia SMA kemudian masuk ke SMA bersama Diego (Jeff Wahlberg) dan memulai petualangannya di kota bersama penduduk asli.

Dora terbiasa dengan kehidupan hutan, bermain bersama kawanan binatang hutan, termasuk Boots, sahabatnya. Tiba-tiba tinggal di kota, dia merasa excited untuk menemukan petualangan baru. Namun kehidupan kota tak seperti di hutan. Meskipun ramai dan banyak teman, dia merasa kesepian. Terlebih lagi sikap Diego tak sehangat dulu saat masih kecil, Diego merasa malu mengakui Dora sebagai sepupunya lantaran sikap Dora yang “tidak normal” contohnya dansa dengan gerakan binatang, SKSD dan sebagainya.
Tersebutlah kawan baru Dora bernama Sammy (Madeleine Madden) Si Murid Cerdas yang tak ingin tersaingi atau terkalahkan. Dia sombong dan paling menonjol di kelas sehingga membuat teman-temannya tak suka padanya. Lalu ada Randy (Nicholas Coombe), cowok penyendiri yang sering dibully dan hobi main game. Sejak kehadiran Dora, dunia Sammy dan Randy berubah.

Memang benar ya bahwa kita akan semakin mengenal seseorang ketika melakukan perjalanan bersama-sama. Begitulah yang tampak dalam film Dora. Ada Sammy yang egois, suka mengeluh dan terus menyalahkan Dora atas diculiknya mereka oleh para penjahat pemburu harta. Randy yang penakut tapi excited dengan selalu menganggap bahwa petualangan mereka seperti dalam game. Ada pula Diego yang diam-diam ternyata tahu banyak hal tentang hutan. Sementara Dora adalah petualang yang selalu semangat menghadapi rintangan apa pun yang ada di hadapannya. Selalu ceria, optimis dan menganggap hutan adalah tempat yang aman.

Petualangan menemukan Parapata, Kota Emas yang hilang menjadi seru karena kawanan pemburu harta terus mengintai mereka, bahkan seseorang yang terlihat sebagai teman justru dialah pengkhianat demi mendapatkan emas untuk keserkahannya sendiri. Persis seperti di semua film bahwa keserakahan atas harta karun adalah tanda-tanda celaka. Seperti Eustace dalam Narnia 3 yang silau akan harta yang mengubahnya menjadi naga.
Sedangkan di film Dora, ada tokoh “Penjaga Parapata yang Hilang”, merekalah penduduk asli Parapata, yang menjaga kotanya itu agar emas-emasnya tidak dicuri orang jahat. Mereka punya panah-panah beracun dan berbagai perangkap yang akan membuat pemburu harta tewas. Berhasilkah Dora menemukan orangtuanya dan misteri Kota Emas yang Hilang itu?

Dora adalah anomali remaja masa kini. Remaja di berbagai belahan dunia identik dengan gadget dan hura-hura. Dora adalah petualang yang mencintai alam, senang menjelajah untuk belajar, dan tentu saja jauh dari gadget. Sosok Randy adalah contohnya, dia sibuk dengan gadget dan game sampai-sampai dia shock saat Dora pertama kali datang ke sekolah dan menyapanya: “Hola, soy Dora! (Halo, say Dora)” Tampak betul individualisme makin membuat semua orang asyik dengan dunianya masing-masing sehingga lupa untuk bersosialisasi. Sedangkan Dora, dia menyapa semua orang sejak dari bandara, begitu ramah dan bersahabat. Beda dengan Sammy yang menganggap semua orang adalah saingan. Kalau Diego, dia tipikal anak remaja yang menganggap masa remaja/SMA adalah persoalan hidup mati. Krisis eksistensi dan pencarian jati diri.
Bagi Dora, teman adalah harta yang sebenarnya. Bukan emas atau harta karun. Jadi baginya penjelajahan dan memecahkan misteri adalah sarana belajar yang menyenangkan. Disutradarai oleh James Bobin dan bersetting pedalaman Hutan Amazon , Dora The Explorer akan memuaskan mata kita dengan pemandangan alam liar yang mempesona. Juga tak kalah serunya, kebudayaan Suku Inca yang menjadi magnet petualangan ini. Kita juga akan melihat bagaimana orangtua Dora sangat mendukungnya menjadi petualang seperti mereka, memberi teladan untuk selalu berpikir dan berbicara positif, serta selalu optimis bahwa Dora bisa melakukan apa saja.

Secara keseluruhan  film ini cocok ditonton oleh semua umur, tapi tetap perlu mendampingi anak-anak. (*) Yuni Astuti