Jembatan Akar, Baduy |
Hari terakhir di Baduy, saatnya pulang gaes... Tapi kami mau melewati satu destinasi menarik nih, yaitu Jembatan Akar. Jembatan yang menghubungkan dua sisi sungai, terbentuk dari akar pohon yang saling terjalin rapi sehingga membentuk jembatan. Di bawah jembatan ada sungai yang mengalir jernih. Di tepi sungai ada bebatuan yang asyik untuk berfoto.
Jembatan Akar Terbuat dari jalinan akar secara alami |
Perlu waktu 3 jam untuk sampai ke sini dari rute Cibeo. Seperti biasa medannya menanjak dan sesekali terjal juga. Namun melihat pemandangan yang serba hijau, lelah menjadi tidak terasa. Terlebih lagi setelah sampai di Jembatan Akar, semua kelelahan itu sirna.
Sebenarnya segar sekali kalau sempat mandi di kolam sungainya. Tetapi tidak ada MCK di sini ya jadi jangan membayangkan kolam renang dengan fasilitas lengkap, hehehe.
Sungai yang jernih di bawah Jembatan Akar |
Tidak bisa lama di Jembatan Akar, padahal banyak spot foto bagus. Kami harus segera melanjutkan perjalanan, mengejar elf terakhir pukul 13.00.
Jalan kaki lagi, naik turun bukit terjal dan tiga jam. kemudian baru sampai di Ciboleger.
Oya sepanjang jalan tadi kami menemukan kampung. Hampir lupa menceritakan tentang satu hal yaitu "leuit" atau lumbung padi. Warga Baduy menyimpan persediaan padinya di leuit. Namun fungsinya bukan sekadar sebagai tempat menyimpan padi, tetapi sebagai makam juga. Mereka mengubur orang meninggal di sekitar leuit itu. Dan kenapa lumbung mereka jauh dari rumah, ialah supaya padi-padi mereka tidak dimakan tikus. Kalau dekat rumah pasti dihabisi tikus.
Leuit (lumbung padi) Khas Baduy |
Bagi yang sudah merasa lelah dan ingin menyerah, setelah melewati bagian akhir yakni pematang sawah, ada ojek yang siap mengantar sampai di perhentian elf. Kalau mau lanjut ya sekitar satu jam lagi jalan sampai terminal Ciboleger.
Kebayang kan yah, tiga hari tanpa gadget, tanpa sinyal dan dilarang mendokumentasikan dalam bentuk audio maupun visual. Ketika kita akhirnya bebas dengan itu semua maka yang pertama kali dituju adalah.... Minimarket! Haha... Ambil air mineral dan ndlosorrr di lantai. Minum sepuasnya....
Perjalanan belum berakhir. Kami menuju Stasiun Rangkasbitung naik elf terakhir. Sampai di Terminal Pariuk Aweh, kami lanjut naik angkot. Sayang sekali, jalanan macet karena ada kereta berhenti di tengah jalan. Oke, kami turun dari angkot kemudian berlari di antara kemacetan.
"Permisi, maaf, mau ngejar kereta....." Sapa kami pada setiap pengendara. Dua bocah berhijab, gendong tas gunung, lari-lari di jalan. Yah, demi apalagi coba? Kereta aja aku kejar, apalagi kamu?
Pukul 14.30 kami akhirnya naik kereta lokal Rangkasbitung-Merak. Sesampainya di Serang, perjalanan kami berakhir. Terima kasih atas petualangan berharga selama tiga hari ini. Friliya, Lia, Zaky, Fathir, Mamat dan Mas Joko. Spesial terima kasih kepada guide kami yang baik hati dan tidak sombong, Kaldi. Maaf namamu sering diplesetkan menjadi Kaldu atau malah Kuldi. Sampai jumpa di penjelajahan berikutny. (Tamat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentarmu di sini, jangan tinggalkan hatimu di sembarang tempat ^_^