Tentang kisah konyol dan inspiratif dalam rumah tangga

17.45

Negeri Ini Butuh Patriot (?)

by , in


Negeri ini butuh patriot. Benarkah? Katanya DPR dan mahasiswa berada dalam dua kubu yang berseberangan? Isu RKUHP serta demonstrasi besar-besaran di berbagai kota. Masyarakat pun mempertanyakan, ada apa gerangan? Tumben, mahasiswa bergerak sebegini masifnya? Wajar jika timbul pertanyaan, sebab beberapa waktu belakangan yang aktif menyuarakan hak-hak rakyat berasal dari kalangan emak-emak dan umat Islam. Bisa jadi juga selama ini aksi mahasiswa tetap ada, tapi sepi dari pemberitaan media.

DPR sedang semangat bekerja, membuat rancangan Undang-undang, antara lain KPK, KUHP dan PKS. Ada apa sih? Kok berbarengan gini? Semangat benerrrr kerjanya? Santuy dikit lah, biar rakyat nggak kena serangan jantung saking terkedjoetnya.

Ada yang sudah nonton Gundala? Film yang mungkin masih tayang di beberapa bioskop ini tiba-tiba memanggil ingatanku kembali. Bukannya mau spoiler sih, cuma ya mau menjelaskan sedikit alur cerita film itu. Film lho ya, nggak tahu kalau di Indonesia mah. Kayaknya nggak deh, kan para pejabatnya cinta NKRI dan "saya Pancasila". Betul?

Dalam film Gundala itu, untuk mencapai suatu maksud, terlebih dulu buat keributan. Racuni masyarakat melalui beras. Hebohkan media dengan pemberitaan disertai pendapat para pakar. Takut-takuti masyarakat bahwa ibu hamil yang mengonsumsi beras beracun itu akan menimbulkan bahaya bagi janin mereka. Kelak anak yang lahir jadi tidak bermoral, tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Masyarakat menuntut serum penawar racun dibagikan pada semua ibu hamil. Demonstrasi di mana-mana. Penjarahan, kekacauan, keributan, semua kacau. Untung ada Gundala, yang dengan kekuatan petirnya bisa mengalahkan 30 preman dalam satu waktu. Ihiiiy....

Anggota DPR itu ada yang baik juga kok, nggak semuanya cuma ngurusin perut sendiri. Tetapi, di film Gundala mah ada satu tokoh mafia yang mengendalikan semua anggota DPR. Mafia yang punya banyak bisnis, ditakuti semua pejabat, dan bisa melakukan apa saja pada siapa saja yang menyatakan pertentangan. Contohnya, ada satu anggota dewan yang idealis. Nggak mau nurut sama si mafia ini. Diapain? Dibunuh sekeluarga! Terornya menyeramkan iiih sampai merinding saya. Entah apa yang merasuki mafia itu.

Kemudian, para anggota DPR yang masih punya hati nurani, rapat secara pribadi dan menyatukan sikap. Yaitu mengesahkan peraturan dibagi-bagikannya serum penawar racun tersebut. Agak alot sih, ada anggota dewan yang menilai pemberian serum itu tidak jelas, belum terbukti dan sebagainya alasan. Sehingga anggota yang baik itu berkata, "Apa kita harus menunggu generasi yang lahir itu jadi tidak bermoral dulu baru kita berikan serum penawar?"

Akhirnya, peraturan disahkan. Serum dibagikan segera. Masalah selesai? No... Twistnya adalah: setelah serum dibagikan, ada info rahasia bahwa serum penawar itu berasal dari anak perusahaan si mafia. Bahannya mengandung zat yang bisa membuat bayi yang lahir jadi tidak bermoral. Njelimet?

Ya para penjahat itu bikin ribut sendiri, menolak serum penawar padahal pura-pura. Goalnya, serum penawar dibagikan. Lah, untung besar mereka itu. Emang tujuannya itu kok, menyebarkan racun yang sesungguhnya!

Dia nyengir bahagia dong, karena racunnya tersebar dan target utamanya adalah merusak generasi penerus bangsa ini. Jika generasi penerus tidak punya moral, jelas nggak bisa bedain baik dan buruk atuh lah. Contohnya, korupsi dianggap bukan kejahatan tapi perbedaan jalan mencari rezeki. Suami minta jatah ke istri tapi istri nggak mau lalu suami maksa itu masuknya pemerkosaan dan dihukum 12 tahun penjara. Terus apa lagi yaaaa perbuatan buruk tapi disangka baik? Hihihi. Teuing ah. Santuy aja ini kan cuma film garapan Joko Anwar. Da di negara kita mah aman-aman aja. Presidennya disuruh mundur mah karena gantengnya kelewatan, bukan karena sepatunya kotor.

Eh tapi grup ibu-ibu juga mulai ramai ini, ngebahas demo mahasiswa. Biasanya sih ngebahas demo masak, demo dandan, lah sekarang ngapain ngebahas politik segala? Emang sedarurat itukah negara kita? Berarti kita kembali lagi deh ke kalimat pertama di paragraf pertama. (*)
01.41

Harus ya Nonton Hayya?

by , in

Belum nonton Hayya? Kenapa sih kita harus nonton Hayya? Apa ekspektasimu sebelum nonton?

Jadi Gaes, sebelum kehabisan tiket apalagi turun layar, sebaiknya kita langsung pesan tiket online saja. Supaya nggak usah antre di loket bioskop.

Apakah kamu pernah kecewa di The Power of Love 212 tahun lalu? Ngarep bakal banyak menyorot perjuangan di 212? Oh no... Ternyata filmnya lebih banyak menampilkan sisi humanisme. Yang menurut saya sih, hubungan romantis ayah dan anak.

Kalau di film Hayya ini, apa kamu ngarep bakal ada adegan perang-perangan lawan Zionis? Sebagaimana di iklannya begitu terkesan ini film yang syuting di Palestina. Tapi Gaes, jangan ngarep berlebihan gitu ya. Ini, menurut saya lebih banyak menampilkan sisi humanisnya. Makanya saya sarankan, bawa tisu atau sapu tangan ya. Jangan sampai itu air mata diusap pakai baju penonton di sebelah. Komoh deui ingusnya dipered di kursi penonton. Iyuuh! Jorok!

Karakter Rahmat yang Sangat Menyebalkan Tapi itu Kita

Iyak, saya sejak di The Power of Love 1 udah nggak seneng sama tokoh Rahmat. Karakter dia itu kan sengak, egois, sok paling bener, maksa. Kalau pakai istilah Adhin, "Otak lo gak beres!". Ya untungnya ada tokoh Adhin yang menghidupkan suasana. Banyak punch-nya. Apalagi di Hayya muncul tokoh baru. Iya, siapa lagi kalau bukan Ricis. Sebenernya saya gak suka-suka banget dengan sosok nih orang, tapi lihat aktingnya di Hayya aiiihh..... Langsung seneng saya! Dia menambah kehebohan dalam cerita, yang bikin film itu gak garing. Coba kalau Rahmat doang yang main, bakal kayak kuburan deh tuh film. Serem dan suram!

Balik lagi ke Rahmat, dia ini ingin berbuat baik tapi caranya salah. Dia egois dan selalu menyalahkan orang lain. Dia doang yang bener. Dan keinginan dia soal Hayya, itu ibarat Mawang nyanyi lagu Nuinyainyuinyainyu.... Yakni ingin berbuat banyak hal untuk anak-anak Palestina, tapi apa daya begitu banyak pasal yang membatasi dua negara ini. Di Palestina banyak anak yatim, orangtuanya menjadi syuhada, rumah mereka dihancurkan Israel tapi..... Kenapa anak-anak ini nggak diungsikan ke negara-negara lain sih biar hilang traumanya? Biar mereka bisa hidup normal dan tenang? Nyaman dan bahagia tanpa mendengar dentuman bom sepanjang waktu?

Ingin tahu kenapa? Karena kita, di sini, dengan segala kenyamanan ini, derajat kita nggak sama Gaes dengan muslimin Palestina. Kita merasa sudah membela mereka hanya dengan harta dan airmata? Mereka menjaga bumi Syam dengan nyawa.... Dan kita pasti akan terus merasa aneh kenapa anak-anak Palestina nggak habis-habis sejak dulu? Padahal dibombardir setiap hari. Kita nggak bisa memikirkannya dengan logika. Itu keajaiban yang Allah ciptakan di bumi.

Lalu, kontribusi kita apa? Saya nggak akan mempertanyakan ini untuk menuntut. Sebagai orang yang hanya bisa berdoa, saya merasa perlu menjawab pertanyaan ini:

"Kenapa sih kita harus mendukung Hayya? Kan bisa aja uangnya langsung disumbangkan ke anak-anak Palestina. Nggak harus nonton film di bioskop."

IMHO, penggalangan dana untuk Palestina itu sudah sering kita lakukan. Apa bedanya jika melalui film? Akan banyak yang menonton, akan banyak yang terketuk hatinya untuk merasakan penderitaan anak-anak Palestina. Sebab ada orang-orang yang lebih mudah tersentuh hatinya lewat seni seperti ini. Kita syiarkan lebih luas lagi tentang Islam dan Palestina. Semoga, dengan salah satu cara ini, semakin banyak yang peduli, dan tidak nyinyir lagi. (*)
17.08

Weathering With You; Bucin atau Cinta yang Tulus?

by , in



Apa sih hakikat cinta? Apakah cinta adalah berarti harus bersama dengan seseorang, tak peduli apa pun? Apakah kita rela dunia kita berubah, asalkan bisa tetap bersamanya? Tiga pertanyaan ini muncul setelah saya nonton Weathering With You.
Sudah beberapa bulan lalu diberitakan bahwa sekuel dari Your Name (Kimi no Na Wa) akan rilis tahun ini. Sayangnya hanya diputar di beberapa kota dan bioskop tertentu. Tidak di semua kota, memang. Antusiasme penggemar menyambut film animasi yang dipilih sebagai perwakilan Jepang dalam International Feature Film Awards (Best Foreign Language Film) untuk Oscar 2020.
Film animasi garapan Makoto Shinkai ini menuai kesuksesan seperti Your Name (2016). Keuntungan Your Name sekitar 165 miliar rupiah, sedangkan Weathering With You berhasil memperoleh pendapatan sekitar 212 miliar rupiah dengan jumlah hari penayangan sama.
Masih bertema cerita fantasi, Your Name menceritakan tentang Taki dan Mitsuha yang mengalami pertukaran tubuh. Weathering With You berkisah tentang Hodaka, seorang remaja yang meninggalkan pulau asalnya untuk pindah di Tokyo. Dia kemudian bekerja sebagai penulis majalah lokal. Namun Hodaka punya pengalaman aneh karena cuaca selalu hujan ketika ada dirinya. Hingga suatu hari dia bertemu dengan Hina, seorang gadis misterius yang bisa mengontrol cuaca. Dia disebut “gadis matahari 100%”. Sebab bila Hina berdoa supaya langit menjadi cerah, hujan akan berhenti dan langit jadi cerah.
Visualisasi anime ini luar biasa. Penggambarannya begitu detail, seakan-akan ini adalah nyata. Soundtrack yang keren juga akan membuat baper.
Di akhir film, kembali kita mempertanyakan tiga hal yang sudah diungkapkan di paragraf pertama. Menjadi satu pertanyaan baru, “Apakah cinta harus seperti itu?”. Apakah benar-benar kita rela kehilangan “dunia” ini hanya demi seseorang yang kita cintai? Seperti ucapana Hodaka kepada Hina, “Aku tidak apa-apa bila tidak bisa melihat langit biru. Aku tidak apa-apa bila tidak bisa bertemu matahari. Asalkan ada kamu di sampingku. Tidak apa-apa hujan setiap hari, yang penting kamu tidak pergi.”
Hehe, menurutmu ini bucin atau cinta yang tulus? (*)