Belum nonton Hayya? Kenapa sih kita harus nonton Hayya? Apa ekspektasimu sebelum nonton?
Jadi Gaes, sebelum kehabisan tiket apalagi turun layar, sebaiknya kita langsung pesan tiket online saja. Supaya nggak usah antre di loket bioskop.
Apakah kamu pernah kecewa di The Power of Love 212 tahun lalu? Ngarep bakal banyak menyorot perjuangan di 212? Oh no... Ternyata filmnya lebih banyak menampilkan sisi humanisme. Yang menurut saya sih, hubungan romantis ayah dan anak.
Kalau di film Hayya ini, apa kamu ngarep bakal ada adegan perang-perangan lawan Zionis? Sebagaimana di iklannya begitu terkesan ini film yang syuting di Palestina. Tapi Gaes, jangan ngarep berlebihan gitu ya. Ini, menurut saya lebih banyak menampilkan sisi humanisnya. Makanya saya sarankan, bawa tisu atau sapu tangan ya. Jangan sampai itu air mata diusap pakai baju penonton di sebelah. Komoh deui ingusnya dipered di kursi penonton. Iyuuh! Jorok!
Karakter Rahmat yang Sangat Menyebalkan Tapi itu Kita
Iyak, saya sejak di The Power of Love 1 udah nggak seneng sama tokoh Rahmat. Karakter dia itu kan sengak, egois, sok paling bener, maksa. Kalau pakai istilah Adhin, "Otak lo gak beres!". Ya untungnya ada tokoh Adhin yang menghidupkan suasana. Banyak punch-nya. Apalagi di Hayya muncul tokoh baru. Iya, siapa lagi kalau bukan Ricis. Sebenernya saya gak suka-suka banget dengan sosok nih orang, tapi lihat aktingnya di Hayya aiiihh..... Langsung seneng saya! Dia menambah kehebohan dalam cerita, yang bikin film itu gak garing. Coba kalau Rahmat doang yang main, bakal kayak kuburan deh tuh film. Serem dan suram!
Balik lagi ke Rahmat, dia ini ingin berbuat baik tapi caranya salah. Dia egois dan selalu menyalahkan orang lain. Dia doang yang bener. Dan keinginan dia soal Hayya, itu ibarat Mawang nyanyi lagu Nuinyainyuinyainyu.... Yakni ingin berbuat banyak hal untuk anak-anak Palestina, tapi apa daya begitu banyak pasal yang membatasi dua negara ini. Di Palestina banyak anak yatim, orangtuanya menjadi syuhada, rumah mereka dihancurkan Israel tapi..... Kenapa anak-anak ini nggak diungsikan ke negara-negara lain sih biar hilang traumanya? Biar mereka bisa hidup normal dan tenang? Nyaman dan bahagia tanpa mendengar dentuman bom sepanjang waktu?
Ingin tahu kenapa? Karena kita, di sini, dengan segala kenyamanan ini, derajat kita nggak sama Gaes dengan muslimin Palestina. Kita merasa sudah membela mereka hanya dengan harta dan airmata? Mereka menjaga bumi Syam dengan nyawa.... Dan kita pasti akan terus merasa aneh kenapa anak-anak Palestina nggak habis-habis sejak dulu? Padahal dibombardir setiap hari. Kita nggak bisa memikirkannya dengan logika. Itu keajaiban yang Allah ciptakan di bumi.
Lalu, kontribusi kita apa? Saya nggak akan mempertanyakan ini untuk menuntut. Sebagai orang yang hanya bisa berdoa, saya merasa perlu menjawab pertanyaan ini:
"Kenapa sih kita harus mendukung Hayya? Kan bisa aja uangnya langsung disumbangkan ke anak-anak Palestina. Nggak harus nonton film di bioskop."
IMHO, penggalangan dana untuk Palestina itu sudah sering kita lakukan. Apa bedanya jika melalui film? Akan banyak yang menonton, akan banyak yang terketuk hatinya untuk merasakan penderitaan anak-anak Palestina. Sebab ada orang-orang yang lebih mudah tersentuh hatinya lewat seni seperti ini. Kita syiarkan lebih luas lagi tentang Islam dan Palestina. Semoga, dengan salah satu cara ini, semakin banyak yang peduli, dan tidak nyinyir lagi. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tinggalkan komentarmu di sini, jangan tinggalkan hatimu di sembarang tempat ^_^